Wednesday, 16 February 2011

Novena I Maria Fatima

         Setiap tanggal 13, mulai dari bulan Februari sampai Oktober, kami komunitas Seminari TOR Sanjaya, Jangli, Semarang mengadakan Misa Novena Maria Fatima. Pada tanggal 13 Februari ini, kami mengadakan perayaan Ekaristi Novena yang pertama. Sungguh menjadi perayaan yang istimewa, karena perayaan Ekaristi dimpimpin oleh Bapa Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. Sebelum perayaan Ekaristi dimulai, diadakan Doa Rosario dan Novena bersama. Kami mengambil tema untuk Novena yang Pertama ini adalah: Beriman Mendalam dan Tangguh. Dalam kotbahnya, beliau mengungkapkan: (berikut ini adalah homili yang disampaikan oleh bapa Kardinal)


MINGGU BIASA KE 6A
Pembukaan Novena I St. Maria Fatima

Hari ini kita membuka rangkaian Misa Novena Bunda Maria dari Fatima, tepat pada tahun ke 6 wafatnya Sr. Lucia, satu diantara 3 gembala yang mendapat pesan-pesan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917. Tahun ini juga merupakan tahun syukur atas 50 tahun berdirinya Hirarki Indonesia sejak tahun 1961. Hari penuh makna ini kita rayakan dalam Perayaan Ekaristi dengan tema: "Beriman mendalam dan tangguh". Semoga Bunda Maria, Ibu umat beriman mendampingi perjalanan, Gereja dan bangsa kita.
Siapakah kita, sebagai orang beriman? Kita adalah orang-orang yang sangat dicintai dan karena itu diberkati Allah. Diberkati Allah karena dimampukan untuk beriman kepada Allah Tritunggal yang Mahakudus. Dibuat mampu memahami bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Allah Putra yang menjadi putra Maria itu Penebus dosa kita. Itu semua dapat terjadi karena kuasa dan tuntunan Roh Kudus. Sebagai seorang beriman, kita adalah orang yang terberkati, sehingga kata-kata malaikat yang dulu dipakai   untuk menyapa Bunda Maria, juga dapat diulang bagi kita: "Terberkatilah Engkau karena Engkau dicintai Allah, ditebus dan Allah besertamu". Hidup orang beriman adalah bersama Allah, hidup bersama Yesus dan di dalam Dia, bersama Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa.
Maka beriman mendalam berarti sangat bersyukur dan berterima kasih serta sangat mencintai Allah. Sampai "mbalung-sungsum" begitu. Karena sangat mencintai maka sangat setia mentaati kehendaknya, St. Paulus menulis: "Karena iman Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, ..." (Ibr 11;8), "Karena iman maka Abraham, tat kala dicobai, mempersembahkan Iskak, ..."(Ibr 11:17). Karena iman, Bunda Maria taat mendapat tawaran Allah menjadi ibu Penebus, dan mengatakan "Sesungguhnya Aku ini adalah hamba Tuhan;              jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lk 1:38). Karena iman, suster Lucia yang kita kenang wafatnya 6 tahun yang lalu, taat menyampaikan pesan-pesan Bunda Maria.
Orang beriman menata hidupnya dengan penuh hormat dan taat, mempertanggung-jawabkan hidup dan perilakunya kepada Allah. Kita berbuat demikian karena kita sangat mengasihi Allah. Kita juga mentaati perintah Tuhan Yesus karena kita mengasihiNya, Ini sesuai dengan ajaranNya: "Jikalau kami mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu," (Yoh 14:15), Tetapi kita juga tahu bahwa ajaran kasihNya menyamakan kasih kepada Allah dengan kasih kepada sesama. Bahkan St.Yohanes dalam suratnya yang pertama menempatkan kasih kepada sesama sebagai bukti bahwa memang mengasihi Tuhan. Beriman akhirnya harus dihidupi dengan mengasihi Allah dan sesama, yang harus tampak dalam perilaku dan perbuatan kita. Demikian tadi beberapa pokok kebenaran yang membangun iman kita. Beriman yang mendalam memiliki wawasan yang jelas dan kuat tentang pokok-pokok iman.
Dengan beriman tumbuh hubungan kasih yang makin hari dapat makin erat. Hubungan ini dalam saat hening dalam doa atau retret, sering muncul sebagai pengalaman iman yang dalam yang sulit diterangkan, tetapi perasaan mantab, gembira dan bersemangat dapat kita rasakan. Pengalaman        mengaku dosa yang sungguh-sungguh disiapkan dan dengan penyesalan dan pentobatan yang mantab, atau setelah menerima komuni atau pada saat adorasi, kita dapat mengalami sesuatu yang indah, luar biasa terkait dengan hubungan kasih kita dengan Allah Bapa, dengan Tuhan Yesus Kristus atau Roh Kudus. Pengalaman macam ini meneguhkan iman dan niat-niat baik kita sehingga perbuatan baik kepada sesama yang sering sulit pun dapat dilaksanakan dengan baik. Pengalaman hubungan mendalam dengan Allah jadi kekuatan untuk terlibat di dalam masyarakat.
Kalau demikian tadi jati diri orang beriman, lalu apa artinya harapan agar kita beriman yang mendalam dan tanguh? Iman yang mendalam dan tangguh akan tampak, akan keliahatan. Pertama terpancar dari wajah, sikap dan perilakunya. Terpancar waktu berdoa, terungkap dalam sharing iman, dalam cara bernyanyi, beribadah maupun dalam Ekaristi. Tampak bagaimana la ingin agar istri dan anak-anak rajin ke Gereja terilbat penuh dalam berdoa dan bernyanyi. Kalau yang imannya mendalam itu anak – anaknya, tampak mereka memprihatinkan ayah atau ibunya yang kebetulan sedang malas. Di sisi lain kasih kepada Allah ini juga mendorong orang beriman untuk mengasihi sesama secara kongkrit dalam keluarga dan lingkungan hidup mereka yang dekat. Dengan tetangga, kenalan dan teman sekerja, teman kuliah atau teman  sekolah. Kasih yang sejati tentu menanggapi keadaan yang kongkrit, sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan. Yang sedang lapar diberi nasi, atau ubi, bukannya air, atau pakaian bekas. Kehadiran Anda demikian tadi di tengah masyarakat membuat kehadiran Gereja diterima baik, disyukuri dan mempunyai arti dalam bersama menyejahterakan kehidupan yang bermoral dan beradab berdasarkan kasih persaudaraan. Kesitulah kalau kita membangun diri sesuai ARDAS KAS  2011-2015  yang baru. Mari kita bangun iman yang mendalam, tangguh dan aktif terlibat mengusahakan kesejahteraan umum. "Umat yang berkembang akan memberdayakan kaum lemah, kecil, miskin dan difabel" (bdk. SG) dengan tetap melestarikan lingkungan hidup. Amin.

No comments:

Post a Comment